Kurikulum merdeka sudah berusia hampir lima tahun sejak digulirkannya pada tahun 2019 bersamaan dengan munculnya pendemi Covid-19. Sampai saat ini diusianya yang cukup matang tetapi masih belum diterapkan secara keseluruhan di satuan pendidikan. Masih banyak yang menggunakan Kurikulum lama (2013) atau menggunakan sebagian.
Penerapan kruikulum merdeka memang menjadi sebuah lompatan besar yang bila ditanggapi dengan positif dan serius akan membawa dampak yang signifikan dalam pembelajaran. Sebaliknya bila ditanggapi dengan pesimis dan setengah-setengah, justru menjadi batu sandungan bagi terselenggaranya pembelajaran.
Hal ini dikarenakan struktur kurikulum merdeka yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Diantaranya adalah perubahan paket tematik menjadi mata pelajaran, penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu, adanya tambahan profil pelajar Pancasila, pembagian tingkat ke dalam fase perkembangan peserta didik, dan lain sebagainya.
Untuk itu, guru perlu memahami terlebih dahulu terkait penerapan kurikulum merdeka. Wokrkshop, seminar dan pelatihan memang sudah digelar sejak awal guna sosialisasi dan penerapan kurikulum merdeka. Tetapi banyak sekali workshop yang diadakan tidak efektif karena dimampatkan waktunya dan juga terkendala pandemi covid-19. Oleh karena itu, menurut probadi penulis workshop yang dilakukan secara massal dan daring tidak akan efektif dan memberi manfaat yang besar bagi para guru dalam memahami dan mengimplementasikan kurikulum Merdeka.
Kegiatan pelatihan secara perlahan dan langkah demi langkah seharusnya lebih banyak dilakukan dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, agar lebih intensif dan mengena. Feedback dari guru sebagai pelaksana juga harus dijadikan referensi dan tambahan pertimbangan dalam penyempurnaan kurikulum merdeka.